Sebaraya.com – Zaman sekarang, hidup kita dikuasai oleh kredit dan hutang. Kita seringkali memilih untuk menyewa, misalnya rumah atau kosan, daripada memiliki. Namun, pernahkah kita bertanya, kenapa generasi kita cenderung untuk menyewa atau membeli dengan kredit?
Hal ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan riset, banyak dari kita belum memiliki literasi keuangan yang baik, belum memiliki keuangan yang memadai, dan harga-harga kini terasa tidak masuk akal. Ditambah dengan berbagai kondisi ekonomi, seperti inflasi, resesi, dan efek dari pandemi covid, banyak dari kita merasa terjebak dalam sistem ini.
Namun, apakah benar bahwa generasi kita hanya ditakdirkan untuk menjadi penyewa? Atau adakah kekuatan tertentu, seperti konspirasi, yang memaksa kita untuk terus miskin?
Psikologi Keuangan di Era Modern
Dalam era modern ini, uang memiliki dampak psikologis yang mendalam. Banyak dari kita menghabiskan tahun-tahun hidup mengejar kekayaan dan gaya hidup mewah, padahal ketika kita sudah menua, kita menyadari bahwa kejaran tersebut sebenarnya tidak terlalu penting. Kita dikejar oleh ilusi bahwa uang, rumah, mobil, dan barang-barang mewah lainnya adalah simbol kesuksesan dan kebahagiaan.
Namun, apakah kita benar-benar membutuhkan semua itu? Dalam beberapa kasus, menyewa mungkin lebih masuk akal daripada memiliki, terutama bagi generasi muda. Namun, mengapa kita terbiasa dengan ide bahwa menyewa adalah sesuatu yang buruk?
Salah satu alasannya adalah generasi sebelum kita, yang tumbuh di era dimana harga properti masih terjangkau dan kapitalisme belum sekompleks sekarang. Mereka mendorong kita untuk memiliki rumah dan properti lainnya, dan untuk menghindari sistem kredit dan sewa.
Konspirasi Inflasi
Ada sebuah konspirasi di balik kenaikan harga-harga: inflasi. Inflasi membuat uang di masa lalu lebih berharga daripada uang di masa sekarang. Meskipun kita mungkin merasa bahwa hidup kita semakin enak dengan semua kemewahan modern, tetapi kenyataannya adalah kita dipaksa untuk terus bekerja keras demi menghadapi inflasi.
Pemerintah, sistem pendidikan, dan sistem ekonomi saat ini seolah memaksa kita untuk selalu produktif. Namun, kita harus hati-hati agar tidak terjebak dalam siklus kerja tanpa henti demi mengejar uang. Selain itu, sistem sosial, termasuk media sosial, mendorong kita untuk menunjukkan kekayaan dan barang mewah sebagai simbol status.
Solusi bagi Generasi Kita
- Literasi Keuangan: Kita harus memahami bahwa uang adalah sistem penyimpanan nilai. Fokus utama kita dalam mencari uang haruslah investasi.
- Bekerja dengan Ikhlas: Jangan terjebak dalam siklus kerja tanpa henti. Lebih baik bekerja dengan passion dan memberikan dampak positif kepada orang lain.
- Menghindari Tekanan Sosial: Kita tidak perlu menunjukkan kekayaan atau barang mewah di media sosial. Yang terpenting adalah keberhargaan diri kita, bukan barang yang kita miliki.
Dalam menghadapi era ini, kita harus memahami sistem dan menemukan solusi agar kita tidak hanya menjadi penyewa dalam hidup kita sendiri.
Source : Satu Persen