Sebaraya.com – Krakatau Steel (KRAS) mengumumkan rencana untuk mempersiapkan penawaran umum perdana saham (IPO) dari anak usahanya, PT Krakatau Sarana Infrastruktur (PT KSI), setelah berhasil menyelesaikan proses divestasi cucu usahanya. Direktur Utama Krakatau Steel, Purwono Widodo, menyatakan bahwa rencana IPO PT KSI masih dalam tahap diskusi, setelah aksi divestasi yang dilakukan.
Sebelumnya, rencana IPO PT KSI direncanakan dilaksanakan pada kuartal III/2022 dengan target dana segar sekitar US$100 juta hingga US$200 juta atau setara Rp1,52 triliun sampai Rp3,05 triliun (asumsi kurs jisdor Rp 15.273). Namun, Purwono mengklarifikasi bahwa proses divestasi tidak mempengaruhi rencana IPO PT KSI.
Sebelumnya, PT KSI telah melakukan divestasi pada anak usahanya, PT Krakatau Tirta Industri (KTI) dan Krakatau Daya Listrik (KDL), yang diakuisisi oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) senilai Rp3,24 triliun. Purwono mengatakan bahwa divestasi PT KTI dan PT KDL adalah inisiatif strategis yang telah direncanakan sesuai dengan Master Restructuring Agreement.
Meskipun PT KDL tidak lagi terkonsolidasi dengan PT KSI, Purwono menyatakan bahwa PT KSI telah mengambil langkah antisipasi terhadap dampak tersebut dengan meningkatkan kontribusi unit bisnis lainnya, sehingga kinerja PT KSI tahun 2023 diharapkan tetap tumbuh positif.
Menurut Direktur Utama PT KSI, Agus Nizar Vidiansyah, proses divestasi saham PT KSI pada anak perusahaannya, PT Krakatau Daya Listrik dan PT Krakatau Tirta Industri, dilakukan untuk memenuhi kewajiban KRAS sesuai dengan Perjanjian Kredit Restrukturisasi dengan kreditur dan untuk mewujudkan sinergi bisnis antara Chandra Asri dan PT KS Grup.
Hasil transaksi ini akan digunakan untuk membayar utang Tranche B yang direncanakan selesai pada akhir tahun 2023. Sementara itu, Direktur Utama Chandra Asri Petrochemical, Erwin Ciputra, menyatakan bahwa sinergi ini akan memberikan dampak ekonomi bagi pemangku kepentingan dan meningkatkan layanan publik seperti penyediaan listrik dan air bersih untuk industri di wilayah Cilegon serta dapat membuka lapangan kerja seiring dengan pengembangan bisnis.
Aksi korporasi ini juga dilakukan untuk memanfaatkan utilitas sebagai penunjang proses operasional, teknis, dan keuangan, terutama untuk pengembangan kompleks petrokimia kedua Chandra Asri yang berskala global (CAP2) ke depan.