Gelombang PHK Menghantam Sektor Padat Karya di Indonesia dan Dunia

Sektor Padat Karya di Indonesia
Sektor Padat Karya di Indonesia

Jakarta, Sebaraya.com –  13 Juni 2023 – Dampak buruk pandemi Covid-19 masih terus melanda sektor padat karya di Indonesia dan negara lainnya. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali melanda Indonesia, terutama sektor tekstil dan alas kaki. Situasi serupa juga terjadi di Vietnam, negara manufaktur yang menjadi fokus perhatian.

Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) mencatat bahwa sejak awal tahun, sebanyak 10.000 pekerja di Indonesia telah dirumahkan, terutama dari sektor padat karya seperti tekstil di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Bacaan Lainnya

Data dari BPJS Ketenagakerjaan juga menunjukkan bahwa hingga April 2023, mereka telah membayarkan manfaat kepada 28.000 peserta yang terkena PHK.

Permasalahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di sejumlah negara berbasis teknologi dan manufaktur.

Data industri menunjukkan penurunan kepercayaan industri dalam tiga bulan terakhir. Indeks kepercayaan industri pada Maret, April, dan Mei terus menurun, dengan angka berturut-turut 51,87, 51,38, dan 50,9.

Skor indeks kepercayaan industri ini berkisar antara nol hingga seratus, di mana semakin tinggi angka menunjukkan keadaan yang lebih baik.

Meskipun level manufaktur Indonesia masih tergolong baik, kemampuan untuk berekspansi semakin menurun.

Penurunan keyakinan korporasi untuk berekspansi terutama dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat.

Data inflasi menunjukkan adanya penurunan harga barang. Inflasi inti, yang mencerminkan kenaikan harga bahan pokok seperti baju, telur, dan sepatu, juga menurun dari bulan Maret (0,1%), April (0,2%), hingga Mei (0,0%). Hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat semakin terkikis.

Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia bidang investasi, Shinta Kamdani, mengungkapkan bahwa pelaku industri menghadapi peningkatan permintaan pasar domestik, namun kondisi inflasi yang terus meningkat memberikan dampak negatif terhadap daya beli masyarakat. Selain itu, sektor manufaktur di Indonesia tidak hanya bergantung pada pasar domestik, tetapi juga pada tujuan ekspor. Penurunan daya beli tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di negara-negara maju.

Dampak nyata dari pelambatan ekonomi ini adalah meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia.

Data menunjukkan bahwa sejak Februari 2019 hingga Februari 2023, jumlah pengangguran meningkat dari 6,82 juta orang menjadi 7,99 juta orang.

Selain itu, banyak pekerja juga mengalami pengurangan jam kerja, yang berdampak pada pendapatan mereka.

Tidak hanya Indonesia, negara-negara tetangga seperti Singapura juga menghadapi situasi serupa. Dari 100 perusahaan teknologi di Singapura, sebanyak 80 perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja.

Data dari Vietnam juga menunjukkan kondisi yang sulit, di mana sekitar 1.200 perusahaan telah mengumumkan PHK.

International Labour Organization (ILO) telah mengingatkan mengenai gelombang PHK ini sejak awal tahun, namun angka pengangguran terus meningkat.

Di tengah kondisi ini, Indonesia dan negara-negara berpendapatan rendah lainnya perlu memperhatikan masalah lapangan kerja dan perlindungan sosial.

Diharapkan pemerintah dapat segera mengambil langkah-langkah darurat untuk mengatasi dampak lanjutan dari PHK ini. Kebijakan yang tepat diperlukan untuk menopang masyarakat yang sangat mengandalkan sektor padat karya sebagai mata pencaharian mereka.

Silakan baca konten menarik lainnya dari Sebaraya.com di →

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *