Panas Bumi, Andalan Indonesia dalam Transisi Menuju Energi Hijau dan Net Zero Emission

Energi Panas Bumi
Energi Panas Bumi

Sebaraya.com – Pembangkit listrik panas bumi menjadi andalan Indonesia dalam transisi energi dari energi fosil ke Energi Baru Terbarukan (EBT). Hal ini ditunjukkan oleh Dewan Energi Nasional (DEN) yang menilai potensi energi panas bumi sangat besar untuk mendukung Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE) 2060 dan mengembangkan green economy melalui energi hijau dan industri hijau.

Menurut anggota DEN, Satya Yudha, meskipun industri panas bumi membutuhkan waktu panjang pada proses eksplorasi dan produksi, hasilnya akan sangat membantu kehidupan di masa mendatang. Terutama dengan pemanfaatan energi geothermal sebagai sumber energi listrik yang kompetitif dan ramah lingkungan.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sepanjang 2022 konsumsi listrik per kapita di Indonesia naik 4,45 persen jika dibandingkan dengan tahun 2021. Namun, EBT dalam bauran energi nasional juga meningkat sebesar 13,65 persen dari realisasi 2021.

Kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai 81,2 gigawatt (GW) di 2022, dengan PLTG/GU/MG sebesar 21,6 GW, baru kemudian pembangkit listrik EBT sebesar 12,5 GW (PLTA sebanyak 6,6 GW, PLTP 2,3 GW, dan bioenergi sebesar 3 GW). Ini menunjukkan bahwa pembangkit listrik EBT masih membutuhkan perhatian lebih dalam pengembangan.

Namun, potensi listrik yang dihasilkan oleh geothermal sangat besar. Indonesia memiliki kapasitas terpasang panas bumi terbesar ke-2 di dunia dan sudah dimanfaatkan sebesar 2.175,7MWe atau 9 persen untuk Pembangkit Tenaga Panas Bumi (PLTP). Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat menyusul Amerika Serikat yang menduduki peringkat pertama dunia.

Perusahaan eksplorasi dan produksi geothermal, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), berperan penting dalam pengelolaan panas bumi di Indonesia. PGEO mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) atau 82 persen dari total kapasitas terpasang panas bumi di Indonesia. Saat ini, PGEO mengoperasikan 672 MW dan sebesar 1.205 MW dikelola melalui Joint Operation Contract/JOC.

PGEO telah berhasil mengaliri listrik ke 2,08 juta rumah di Indonesia dan berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 1.272 MW pada 2027. Hal ini akan menjadi salah satu penggunaan dana dari Initial Public Offering (IPO) perusahaan.

PGEO memiliki rekam jejak yang baik dalam menjaga operasi pembangkit listrik tenaga panas bumi yang efektif dan konsisten. PGEO juga unggul dalam O&M melalui penerapan sistem manajemen dan teknologi digital. Keahlian dalam manajemen reservoir dan keberlanjutan pasokan uap PGEO.

Silakan baca konten menarik lainnya dari Sebaraya.com di →

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *