Bangkit dari Patah Tulang Ekor, Erika Halim Bawa Terapi Akupuntur Modern Genqi ke Indonesia

JAKARTA, SEBARAYA.COM – Dari pengalaman pribadi yang penuh tantangan, Erika Halim menemukan jalan hidup baru di dunia kesehatan. Bermula dari cedera pasca melahirkan yang menyebabkan patah tulang ekor dan mati rasa dari pinggang ke bawah, Erika kini menjelma menjadi pelopor terapi akupuntur modern tanpa jarum di Indonesia, lewat metode Genqi.

Terapi Genqi, yang dikenal sebagai perpaduan pengobatan tradisional Tiongkok dan teknologi frekuensi barat, menjadi titik balik dalam hidup Erika. Pengalaman sembuh total berkat metode ini tak hanya membawanya kembali pulih, tapi juga mengantarkannya pada perjalanan spiritual dan bisnis yang membesarkan nama Genqi di tanah air.

“Genqi adalah terapi tanpa jarum yang menggabungkan frekuensi dan stimulasi bio-elektrik untuk membuka meridian yang tersumbat dan melancarkan peredaran darah. Terapi ini bisa dilakukan siapa pun, tanpa latar belakang medis sekalipun,” jelas Erika Halim, yang kini dikenal sebagai Genqi Coach dan telah membuka kemitraan Genqi di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bekasi, Surabaya, Batam, dan Bali.

Pertemuan Erika dengan Yvone Laoshi, master terapi Genqi asal Malaysia, menjadi momen penting dalam transformasinya. Yvone dikenal sebagai edukator kesehatan holistik yang telah mengajar di berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, dan Indonesia.

Erika bahkan rela terbang lebih dari 3.000 kilometer ke Malaysia demi belajar langsung dari sang guru. Baginya, Genqi bukan sekadar alat terapi, tapi platform gaya hidup dan peluang bisnis nyata yang inklusif. “Saya melihat pasien stroke, syaraf kejepit, prostat, skoliosis, gangguan metabolisme, bahkan vitalitas pria bisa membaik lewat terapi ini. Dan saya sendiri menjadi bukti hidup manfaatnya,” ungkap Erika.

Tak hanya memulihkan kesehatan, Genqi juga menawarkan peluang ekonomi. Erika menyebut, dalam dua tahun terakhir, terapi ini berkembang pesat. Banyak pasien yang beralih menjadi pengguna dan bahkan mitra bisnis, termasuk sejumlah dokter yang kini menggunakan Genqi dalam praktik mereka.

“Pasien saya yang sembuh biasanya merekomendasikan dari mulut ke mulut. Bahkan ada yang membeli alat dan ikut kelas masterclass karena ingin bantu keluarga atau membuka layanan terapi sendiri,” kata Erika.

Pengobatan dengan alat Genqi berdurasi sekitar 45 menit per sesi, dan jumlah sesi tergantung pada kondisi pasien. Misalnya, untuk pemulihan pasca stroke atau skoliosis, dibutuhkan 3-6 kali terapi, sementara untuk gangguan prostat dan vitalitas pria, Erika menyebut sudah banyak yang sembuh dalam 7 sesi.

Dalam wawancara terpisah, Yvone Laoshi menekankan pentingnya kesadaran terhadap pola hidup. Ia menyebut banyak penyakit berat terjadi karena abainya manusia terhadap sinyal tubuh sendiri.

“Jangan anggap remeh stres, obesitas, atau nyeri ringan. Jika tidak ditangani, bisa berkembang menjadi stroke atau cedera kronis. Genqi membantu menyeimbangkan yin dan yang, membuka meridian, dan detoks tubuh secara aman,” ujar Yvone.

Terapi Genqi dilakukan dengan bantuan mesin bio-elektrik dan krim ginseng, tanpa rasa sakit, tanpa jarum, dan bisa dipelajari dalam pelatihan singkat melalui kelas masterclass Genqi.

Genqi Indonesia kini menjadi fenomena baru dalam dunia terapi alternatif modern – menggabungkan sains, tradisi, dan peluang usaha dalam satu paket. Dari luka pribadi, Erika Halim menemukan jalan untuk menyembuhkan orang lain dan membangun warisan baru di bidang kesehatan Indonesia. (RST) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari Sebaraya.com di →

Pos terkait