Wali Kota Helldy Kenang Jejak Pahlawan Cilegon di Surau Inyiak Syekh Bantam Bukittinggi

Surau Inyiak Syekh Bantam, yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No.75, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. dok: RULIE SATRIA

BUKITTINGGI, SEBARAYA.COM – Dalam kunjungan kerjanya ke Kota Padang dan Bukittingi, Sumatera Barat, yaitu memperingati puncak Hari Koperasi Tingkat Nasional ke-76, Wali Kota Cilegon Helldy Agustian, menyempatkan diri mengunjungi Surau Inyiak Syekh Bantam yang merupakan tempat suci yang memiliki nilai sejarah dan keagamaan yang tinggi yang dimiliki oleh salahsatu pahlawan asal Cilegon yang terlibat dalam Geger Cilegon 1888, bersama Ki Wasyid.

Surau yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No.75, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat tersebut didirikan oleh K.H. Haris bin Muzafar atau lebih dikenal sebagai Syekh Bantam. Yaitu seorang ulama sufi Nusantara yang terkenal pada masanya dan merupakan murid dari Syekh Nawawi al-Bantani.

Bacaan Lainnya

“Alhamdulillah, saya kembali menemukan jejak sejarah salahsatu pejuang Geger Cilegon 1888 bersama Ki Wasyid, di Bukittinggi, Sumatera Barat, bernama K.H. Haris bin Muzafar, asal Ketileng, Cilegon. Dimana, saya mengunjungi Surau Inyiak Syekh Bantam yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan No.75, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, yang didirikan oleh K.H. Haris dalam pembuangannya ke Bukittinggi oleh pemerintahan Belanda tahun 1889,” ujar Helldy, Minggu (23/7/2023).

Helldy menjelaskan, bahwa pendirian surau tersebut berkat keilmuannya K.H. Haris dalam menyebarkan ajaran islam, sehingga mendapatkan penghormatan dari masyarakat Bukittinggi.

“Sebagai bentuk penghargaan, pemuka adat memberikan sebidang tanah untuk membangun sebuah surau, yang kemudian menjadi tempat tinggal dan pusat aktivitas Syekh Bantam. Surau tersebut kemudian dikenal dengan nama Surau Inyiak Syekh Bantam,” jelasnya.

Helldy menambahkan, bahwa prestasi dan kepribadian Syekh Bantam begitu menginspirasi masyarakat Bukittinggi. Tidak hanya diberikan sebidang tanah saja, bahkan masyarakat setempat sepakat menyematkan namanya pada sebuah jenjang yang berada persis di samping surau. Jenjang tersebut dibangun pada tahun 1908 ketika Louis Constant Westenenk menjabat sebagai Asisten Residen Agam. Selain itu, sebuah jalan raya di depan surau juga menggunakan namanya sebagai bentuk penghormatan.

Helldy pun menyampaikan apresiasi atas warisan berharga yang ditinggalkan oleh Syekh Bantam dan berharap semangat kebersamaan dan gotong royong yang diwujudkan dalam hari koperasi ini dapat menginspirasi generasi muda untuk terus berkontribusi bagi kemajuan dan kebaikan bersama.

“Banyak warisan berharga yang ditinggalkan oleh Syekh Bantam yang patut kita jadikan teladan hidup. Dimana prestasi dan kepribadianya telah banyak berjasa bagi agama dan masyarakat, sehingga begitu menginspirasi kita untuk kita contoh di masa saat ini,” tambah Helldy.

Diketahui,  selain sebagai seorang ulama, Syekh Bantam juga dikenal sebagai sosok yang mencintai keluarga. Pada tahun 1890, ia menikah dengan gadis Minang bernama Hj. Fatimah asal Nagari Kapa, Pasaman Barat. Pasangan ini dianugerahi tujuh orang anak, di antaranya H. Waimunah, Muhammad Thaher, Marhamah, Chuzaini Angku Mudo, Munawarah, Bahar Fakhrudin, dan Hj. Sya’arnah. (RST)

Silakan baca konten menarik lainnya dari Sebaraya.com di →

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *